JAS MERAH

                               ( JAS MERAH )
sejarah islam di indonesia yang mewarnai asia tenggara


   Masuknya islam awal di Asia Tenggara khususnya di Nusantara diklasifikasikan menjadi 3 fase; Pertama adalah fase singgahnya para pedagang Muslim di pelabuhan pelabuhan asia tenggara; kedua adanya komunitas-komunitas Muslim di beberapa daerah di Nusantara; ketiga adalah berdirinya Kerajaan-Kerajaan Islam. Dalam perkembangan selanjutnya, kesultanan memainkan peranan penting tidak hanya dalam pemapanan kesultanan sebagai institusi politik Muslim, pembentukan dan pengembangan institusi-institusi Muslim lainnya, seperti pendidikan dan hukum (peradilan agama) tetapi juga dalam peningkatan syiar dan dakwah islam.
   Seperti yang kita ketahui pada umumnya kerajaan Islam pertama di indonesia, adalah kerajaan Samudera pasai yang terletak di provinsi aceh. Aceh yang secara geografis terletak di utara pulau Sumatera, banyak yang menyebutkan kerajaan Islam pertama di indonesia adalah kerajaan Samudera pasai, namun pandangan tersebut ternyata keliru. Banyak literatur sejarah yang menyebutkan bahwa kesultanan islam pertama adalah kerajaan perlak, kerajaan Perlak lebih dulu eksis dibanding Samudra pasai. Bukti-bukti sejarah yang menunjukan keberadaan kerajaan perlak sebagai kerajaan Islam pertama diantaranya ialah naskah Tadzkirah Thabat Jumu Sulthan As-Salathin karya Syaikh Syamsul Bahri Abdullah al-Asyi, Naskah Idhar al-Halq karya Sayyid Abdullah bin Sayyid Habib Saifuddin.
   konon kerajaan Islam Perlak telah berdiri sejak abad ke-9 M. Pendapat ini di kemukakan antara lain oleh Yunus Jamil dan Hasymi, yang konon telah didirikan pada 225H/845M. Pendirinya adalah para pelaut pedagang Muslim asal Persia, Arab Gujarat yang mula-mula datang untuk mengIslamkan penduduk setempat.
   Kerajaan Islam berikutnya adalah Samudera Pasai yang merupakan kerajaan kembar. Kerajaan ini terletak di pesisir timur laut aceh, dan diprkirakan mulai berdiri pada awal atau pertengahan abad ke-13M, sebagai hasil dari proses islamisasi daerah-daerah pantai yang pernah disinggahi pedagang- pedagang Muslim sejak abad ke-7 dan ke-8 M dan seterusnya. Keberadaan kerajaan ini dibuktikan oleh adanya batu nisan terbuat dari granit asal Samudera Pasai. Dibatu nisan itu tertulis nama raja pertama kerajaan itu, Malik al-Saleh adalah pendiri kerajaan sekaligus raja pertama kerajaan ini. Hal ini diketahui melalui cerita lisan secara turun-temurun yang kemudian dibukukan dalam Hikayat Raja- raja Pasai, Hikayat Melayu, dan juga hasil penelitian atas beberapa sumber yang dilakukan sarjana- sarjana Barat.
   Kerjaan Islam tertua ini menjadi pusat kegiatan keagamaan yang utama di kepulauan Nusantara kala itu. Disini pula peradaban dan kebudayaan islam tumbuh dan mekar. Sebagai kota dagang yang makmur dan pusat kegiatan keagamaan yang utama di kepulauan Nusantara, Pasai bukan saja menjadi tumpuan perhatian para pedagang Arab dan Persia, tetapi juga menarik perhatian para ulama dan cendikiawan dari negri arab dan persia untuk datang kekota ini dengan tujuan menyebarkan agama dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Dalam kitab Rihlah, Ibnu Batutah yang mengunjungi Sumatera, memberitakan bahwa raja dan bangsawan pasai sering mengundang para ulama dan cerdik pandai dari Arab dan Persia untuk membincangkan bebagai perkara agama dan ilmu-ilmu agama di istananya. Karena mendapat sambutan hangat itulah mereka senang tinggal di Pasai dan membuka lembaga pendidikan yang memungkinkan pengajaran Islam dan ilmu agama berkembang.
    Ilmu-ilmu yang di ajarkan di lembaga-lembaga pendidikan Islam antara lain ialah dasar-dasar ajaran Islam, hukum Islam, Ilmu Kalam atau Teologi, Ilmu Tasawuf, Ilmu Tafsir dan Hadist, dan berbagai ilmu pengetahuan lain yang penting bagi penyebaran agama Islam seperti ilmu hisab, mantiq(logika), nahwu (tata bahasa arab), sejarah, astronomi, ilmu ketabiban dan lain-lain. Selain pengetahuan dan ilmu pengetahuan umum, kesusasteraan Arab dan Persia turut pula diajarkan.
    Salah satu karya intelektual yang di hasilkan di Pasai ialah Hikayat Raja-Raja Pasai. Kitab ini ditulis setelah kerajaan ditaklukan oleh Majapahit pada tahun 1365. Menurut hadi W.M., dilihat dari sudut corak bahasa Melayu dan aksara yang di gunakan, karya ini rampung dikerjakan pada saat bahasa melayu telah benar-benar mengalami proses islamisasi, dan aksara Arab-Melayu telah mulai mantap dan luas digunakan khususnya di asia tenggara. Selanjutnya bahasa melayu pasai dan aksara Arab-Melayu pasai inilah yang di gunakan oleh para penulis muslim di asia tenggara sehingga akhir
abad ke 19M sebagai bahasa pergaulan utama di bidang intelektual, perdagangan dan administrasi. Karya-karya intelektual Muslim awal yang juga lahir dilingkungan kesultanan Samudra Pasai ialah berupa saduran beberapa hikayat persia, seperti Hikayat Muhammad Ali Hanafia, Hikayat Amir Hamzah, Hikayat Bayan Budiman dan lain-lain. Dua hikayat pertama adalah cerita kepahlawanan yang didasarkan atas sejarah kepahlawanan Islam pada periode awal penyebaran agama ini. Dalam Sejarah Melayu (1607 M) Tun Sri Lanang menyebutkan bahwa dua hikayat ini sangat di gemari di Malaka pada akhir abad ke-15 M dan orang-orang Malaka membacanya untuk membangkitkan semangat perang mereka melawan portugis. Tun Sri Lanang juga menyebutkan kegemaran orang-orang Malaka dan sultan mereka terhadap tasawuf. Sebuah kitab tasawuf Durr al-Manzum karangan Maulana Abu Ishaq telah diterjemahkan ke dalam bahas Melayu oleh Abdullah Patakan, seorang ulama terkenal dari pasai, memenuhi permintaan Mansyur Syah, Sultan Malaka pertengahan abad ke-15 M. Baik penyaduran maupun terjemahan karya-karya Arab Parsi ini dilakukan dalam rangka pribumisasi kebudayaan Islam, agar kebudayaan Islam tidak asing bagi masyarakat Asia Tenggara. Dengan demikian Islam dapat dijadikan cermin dan rujukan untuk memandang, memahami dan menafsirkan realitas kehidupan.
    Kemudian penyebaran agama Islam di Malaka terjadi pada tahun 1414 masehi ketika sultan malaka pertama (bernama parameswara) masuk Islam setelah menikahi Putri Sultan Pasai. Parawesmara mengubah namanya menjadi Iskandar Syah. Kesultanaan malaka menjadi maju ketika Mansur Syah memerintah. Kesultanan ini berdiri pada awal abad ke-15 M. kerajaan ini cepat berkembang, bahkan dapat mengambil alih dominasi pelayaran dan perdagangan dari kerajaan Samudera Pasai yang kalah bersaing. Sejauh menyangkut penyebaran Islam ditanah Melayu, peranan Kesultanan Malaka sama sekali tidak dapat dikesampingkan dalam proses Islamisasi, karena konversi Melayu terjadi terutama selama periode Kesultanan Malaka pada abad ke-15M.
   Dan menyebarlah Islam di Asia Tenggara melalui suatu proses damai yang berlangsung selama berabad-abad. Kerajaan Islam di Asia Tenggara meliputi :
1. ABAD Ke 13 Masehi
    Kesultanan Samudra Pasai
    Kesultanan Sulu 
2. ABAD Ke 14 Masehi
    Kesultanan Malaka
    Kesultanan Brunei Darussalam 
3. ABAD Ke 15 Masehi
    Kesultanan Islam Patani
    Kesultanan Ternate 
4. ABAD Ke 16 Masehi
    Kesultanan Aceh Darussalam
    Kesultanan Demak
    Kesultanan Cirebon
    Kesultanan Banjar
    Kesultanan Banten
    Kesultanan Buton
    Goa
    Kesultanan Johor
    Kesultanan Kutai Kesultanan Panjang
    Kesultanan Mataram
    Kesultanan Palembang 
5. ABAD Ke 17 Masehi
    Kesultanan Bima 
6. ABAD Ke 18 Masehi
    Kesultanan Siak Sri Indrapura

  Penyebaran Islam di kawasan ini terjadi tanpa pergolakan politik atau bukan melalui ekspansi pembebasan yang melibatkan kekuatan militer, pergolakan politik atau pemaksaan struktur kekuasaan atau norma-norma masyrakat dari luar negri. Melainkan Islam masuk melalui jalur perdagangan, prkawinan, dakwah dan pembauran masyrakat Muslim Arab, Persia dan india dengan masyrakat pribumi. Masuknya islam di Asia Tenggara tidak berada dalam satu waktu yang bersamaan, melainkan berlangsung selama berabad-abad, dan tidak merata di seluruh tempat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Singkatnya begini

PEMBAGIAN ZAMAN TERSEBARNYA AGAMA ISLAM DI NEGRI NEGRI MELAYU